Oleh :Moh.Helman Sueb *
Beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dari pengaruh negatif. Ada orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, isi perkataan itu kita dengar dan mampir dipikiran kita, maka kita istighfar saja dengan niat agar apa yang kita dengar itu, dan tidak singgah dipikiran kita dalam waktu yang lama, sebab dapat membuat diri kita resah atau menambah beban pikiran. Wah sangat berbahaya, jika menyatu dalam juwa
Perbuatan seseorang, yang membuat orang lain panas hatinya, atau sikap yang menjengkelkan, sebenarnya dapat menginspirasi diri kita, untuk tidak melakukan hal yang dilakukannya, bahkan akan menjauhkan diri kita pada hal-hal yang membuat sakit hati orang lain, sehingga kita bertambah semangat untuk mengamalkan ajaran agama kita. Kita harus menjaga kata-kata, jika ingin mengeluarkan harus ditata, tak boleh asal berucap. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang tepat, QS. Al Ahzab : 70.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala sangat sayang kepada kita, Dia memerintahkan bertaqwa setelah kita beriman yang disusuli perintah berkata yang tepat, perkataan yang membawa kedamaian, semua dalam bingkai kebaikan. Jika kita berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepada kita, tetapi jika kita berbuat keburukan, maka akibat buruk harus kita tanggung sendiri.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terkadang ada di antara kita yang silau terhadap kehidupan pendosa ,tetapi rezkinya bertambah lancar, ibadahpun jika ada maunya. Hal-hal seperti ini sebenarnya ujian juga, jika sikap kita positif, berarti lulus dan jika negatif, maka kita termasuk orang yang gagal. Maka yakinlah, niat kita tulus berbuat kebaikan pada segala lini kehidupan, pasti ada balasan dari-Nya.
Ada satu hal yang tidak boleh kita melupakannya, bahwa merasa dalam pengawasan Allah Subhaanahu wa Ta’ala, merupakan penjagaan jiwa yang membawa keselamatan, dan tidak mudah terpengaruh pada hal-hal yang membawa kenistaan atau perbuatan yang mendatangkan dosa. Kita tidak boleh terlalu mudah, mengikuti, orang tidak memperhatikan perintah dan larangan-Nya, sebab mereka memiliki kecenderungan dan kebiasaan berbuat kemaksiatan, yang disebabkan rasa takutnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, telah hilang, karena hatinya dalam keadaan kotor.
Kebersihan jiwa merupakan penangkal maksiat, dan memang tidak mungkin hati yang korlor itu, akan mekakukan sustu kebaikan. Berbahagia dan bersyukurlah kita, jika kita terbiasa mengoreksi diri kita dan masih merasa ada dosa, sehingga ketika dapat melaksanakan perintah-Nya, dan dan menjauhi larangan-Nya, tidak menampakkan diri sebagai orang yang punya ilmu yang tinggi dan paling suci. Semoga hati kita tetap terjaga dari penyimpangan dan kemaksiatan yang membawa kotornya jiwa dan semangat menebar kebaikan.
Leave a Reply