Oleh : Moh.Helman Sueb*
Rasa mempunyai pengaruh terhadap selera, jika kita ditawari nasi yang hampir basi, tentu akan menolak untuk memakannya, karena tak mempunyai selera sebab rasanya tidak seenak nasi yang masih hangat. Maka adanya selera, karena menemukan rasa yang enak, rasa yang menggembirakan dan rasa yang nikmat, serta rasa yang membuat kita mendapat ketenangan dan kebahagiaan. Para ustadzah menampilkan tulisan yang berkaitan dengan rasa makanan tertentu, sekaligus menerangkan cara membuatnya, wah adu rasa untuk menarik selera.
Bagaimana rasa keberagamaan yang ada dalam diri kita. Kita pernah meniup seruling yang diawali dengan meniup sekali–dua kali, sambil jari-jari kita terbiasa membuka dan menutip lobang seruling untuk mengatur bunyi. Betapa beratnya untuk membunyikan seruling pada awalnya, karena ketekunan kita berlatih, kitapun menguasai cara meniup seruling yang benar, sehingga dapat menikmati bunyi seruling yang sangat merdu, bahkan yang mendengarkan ikut manggut-manggut. Begitulah rasa keberagamaan kita, semakin kita dalami, semakin menemukan kebahahagiasn dan ketenangan.
Ada hadits yang menerangkan Kalau agama itu berdasarkan akal, maka membasuh alas sepatu itu lebih utama dibandingkan dengan membasuh di atasnya. Hadits jelas sekali bahwa beragama itu, harus mengikuti apa yang pernah dicontohkan Rasulullah Saw. Kemudian akan menimbulkan rasa, semakin kita mendalami, semakin terasa manisnya, dan kita merasakan beragama mudah dan enak sekali, perasaan diawasi Allah Subhaanahu wa Ta’ala sudah menyatu dalam hati, sehingga pantang sekali menyalahi aturan-aturan yang dibuat-Nya.. Tepatlah Beliau bersabda, *Barang siapa dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka Dia akan memberi kepahaman kepada-nya. HR. Bukhori
Suatu keniscayaan, orang yang mengerti agama, segala sepak terjangnya akan baik, tepat tidak ada unsur menyakiti sesama, bahkan memberikan manfaat, sesama karena keluasan ilmu dan kebijaksanaannya.
Memang rasa keberagamaan sudah masuk dalam relung jiwa sulit mengeluarkannya. Ketika Islam didakwahkan Rasulullah Saw. yang pertama kali, pada orang-orang Qurays, secara bertahap, agar mereka tidak terkejut. Jadi menghilangkan kebiasaan dalam melaksanakan ritual agama tidak dapat dilakukan secara spontanitas, perlu kebijaksaan dan pendekatan yang tepat. Begitulah teknik dakwah yang di pandang moderat. Marilah selalu mendekatkan diri kepada-Nya, dan tetap beramal saleh untuk berbagi kepada sesama, di masa ini.
Leave a Reply