Sat. Dec 7th, 2024

    Oleh : Moh.Helman Sueb *

    Menegakkan bukanlah sesuatu yang ringan, tetapi harus dilakukan. Sebab perkara itu berkaitan dengan karakter dan obyek yang akan ditegakkan. Hanya akan mustahil jika kita menegakkan  benang basah, tentu sangat sulit sekali dilalukan. Tetapi menegakkan kebenaran, tentulah tidak sama, sebab paling tidak kita dapat mempertahankan kebenaran. “ Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka jangan termasuk orang-orang yang ragu “. QS.Ali Imron : 60, ayat ini, mengilhami kita untuk menegakkan kebenaran dengan tanpa keraguan.

    Menegakkan kebenaran sungguh tidak seperti melewati jalan tol secara mulus. Pasti banyak  hambatan, rintangan yang harus kita hadapi. Toh jalan tol sudah tidak mulus lagi, tetap ada rintangannya. Sebab pihak kebatilanpun berlomba mengalahkan mereka yang berada di jalan kebenaran. Hal ini akan berlaku sampai hari kiamat, siapa saja yang berpihak pada kebenaran, maka merekalah yang patut mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki.

    Jika jalan kebenaran tertutup, maka mudahlah kemaksiatan menjamur di mana-mana, dan banyak manusia yang rendah  harga dirinya. Kehidupan masyarakat akan penuh dengan pelanggaran etika dan norma agama. Maka menegakkan kebenaran adalah suatu keniscayaan, agar kebatilan tidak terus metembet kemana-mana.

    Di bidang pendidikan merupakan lahan untuk menyemai bibit-bibit unggul, yang menghasilkan hakim-hakim yang mampu menegakkan  kebenaran dengan akal yang yang sehat dan tidak betentangan dengan kaidah agama, bukan hakim-hakim yang memutuskan perkara berdasarkan hawa nafsunya atau tipu daya dunia.

    Sebenarnya kedudukan hakim sangatlah mulia, karena masyarakat dapat tentram dan damai. Ketika kita melihat seorang pejabat yang diketahui melanggar hukum, dan mereka, mereka pasti berhadapan dengan hakim, mereka tegang tidak seperti biasanya. Jika ada keputusan yang membuat masyarakat tidak tenang dan  malah membikin ketidakpercayaan mereka karena tampaknya ketidakadilan, maka sebab paling jelas adalah disebabkan adanya pelanggaran etika hakim. Oleh karena itu, diterangkan dalan suatu hadits ” Barang siapa menjadi hakim, maka seperti disembelih tanpa pisau.” HR. Tirmidzi.

    Keberkahan hidupnya akan dicabut Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Barangkali inilah yang dituju pada para hakim yang menyalahi etika mereka. Tidak menghukumi secara adil, terpengaruh nafsu dunia. Sebaliknya, jika para hakim itu memegang teguh etika mereka, maka mereka benar-benar sangat mulia di dunia, masyarakat menyukai mereka. Semoga kita mampu memilih jalan yang benar dalam segala aspek kehidupan, sebab semua akan mendapatkan balasan yang setimpal.

    Babat, 2 Juli 2024

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    By Helman Sueb

    Tentang Saya Moh.Helman Sueb, ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama.

    3 thoughts on “Menegakkan Kebenaran”

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *