Wed. Oct 9th, 2024

    IMAN DAN LANGKAH KITA

    IMAN DAN LANGKAH KITA

    OLEH : MOH.HELMAN SUEB

    اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوۡبٰى لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَاٰبٍ

    Kita sebagai orang-orang yang beriman, diperintahkan  mengevalusi diri terhadap apa yang pernah kita lakukan, sebagaimana firman-Nya : “ Wahai  orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa, apa yang telah diperbuatnya untukhari esok ( akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Hasyr:18 . Sungguh sangat dasyat sekali ayat ini, yang menggugah orang-orang yang beriman untuk bertaqwa, sekaligus untuk mengevaluasi diri atas segala kekurangan, jangan ada rasa membanggakan diri, merasa paling suci dan lebih baik. Menghitung segala kekurangan dan  kelebihan yang telah kita lakukan,dan membenahi diri untuk melangkah yang lebih baik, sebagai bekal hari  hari akhirat yang kekal.

    Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. QS.Ar Ra’du :29

     Pada bulan Dzulhijjah biasanya dilakukan perhitungan rugi atau laba, dengan istilah bulan bermuhasabah  atau mengevaluasi diri. Bermuhasah, sebenarnya membawa diri kita menjadi orang yang cerdas, untuk meningkatkan diri yang lebih baik dan tidak melakukan kesalahan yang kedua kalinya. Bulan Dzulhijjah juga dikenal sebagai bulan berkorban, berkorban merupakan  bukti  cinta kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Betapa banyak para sahabat yang ingin membuktikan cintanya pada Allah dan Rasul-Nya, mereka rela mengorbankan, harta dan jiwanya, untuk berbagi sesama

    Dalam mempersiapkan bekal yang baik dalam kehidupan ini, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memberikan motivasi  hidup yang sangat mencerahkan, dengan sabdanya : ” Demi dzat  yang Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya seorang mukmin itu bagai lebah, ia makan yang baik, mengeluarkan yang baik, hinggap di ranting tidak mematahkan dan merusak.” HR. Ahmad. Lebah binatang yang istimewa dan cerdas, ia tolak makan kecuali baik, maka sangat masuk akal jika yang dikeluarkan juga baik, bermanfaat bagi lainnya. Lebah sanggup bergotong-royong membangun rumah dari segala arah dan hasilnya susunan persegi enam yang indah, padahal tanpa ada mandor dan materialnya pun tidak banyak. Bila Lebah hinggap pada ranting yang rapuh tidak mematahkan dan merusak. Lebah bukan hanya cerdas, tetapi perilakunya dapat dikatakan mempesona yang lain.Inilah gambaran seorang mukmin , tentu kita terkena sentil dari sifat lebah ini, mampukah kita !

    Kehidupan akhirat, tidak  terlepas dari kehidupan dunia, dunia tempat menanam kebaikan untuk akhirat. Siapa menanam pasti menunai. Seorang mukmin bagaikan lebah, sudah seharusnya bila mencari makan dengan jalan yang benar, dan menolak yang haram sekalipun menggiurkan, selalu bermanfaat bagi sesama, dan peduli pada yang membutuhkan. Seorang mukmin terjauh dari perilaku merusak, adu domba, memecah belah persaudaraan di tengah kehidupan masyarakat. Seorang mukmin bukanlah seperti lalat yang tidak memilah makanannya, sehingga kotor pun dimakan, dan selalu mendatangkan penyakit, ketika berada pada suatu lingkungan.

     Bagaimana langkah kita sebagai orang yang beriman ? Sebagai orang yang beriman seharusnya melangitmaknanya selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. patuh serta tumduk hanya kepada-Nya. Di samping melangit, juga membumi, ibadah yang dilakukan mampu menggerakkan dirinya sebagai insan yang gemar berbagi, peduli dengan sesama.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *