PUJIAN DAN KITA
Oleh : Moh.Helman Sueb
Terkadang kita harus mengucapkan terima kasih pada ayam jantan yang berkokok dan burung yang berkicau, seolah mengajak kita untuk bergiat di pagi hari. Saya sengaja membaca kembali buku karya saya, yang telah saya tulis tahun dua ribu sepuluh, yang sangat padat bagai intisari. Buku itu berjudul, Langkah Cerdas Menuju Kesopanan tinggi’ . Judul ini dilhami sabda baginda Rasulullah Saw., yang intinya dikatakan iman seseorang itu sempurna, bila bagus akhlaknya.
Setelah salat subuh, saya membaca beberapa lembar kalam Allah Subhaanahu wa Ta’ala dengan di dampingi makanan kecil dan secangkir kopi yang rasa manisnya cukup untuk menambah semangat. Sementara burung-burung bekicau dari semak-semakpun bersaut-sautan, dan saya tidak mendengar ayam jantan berkokok dan yang bentina berkotek, barangkali kepayahan atau sudah berkokok jam dua pagi kemudian tidur kembali.
Terdapatlah pertanyaan retoris di dalam buku ini, bagaimana bila kita dipuji ? Semua orang tentu senang, bila disanjung karena pandai, lincah, cantik dan sebagainya, ini adalah naluri manusia, maka kita tidak boleh pelit menghargai dengan memuji orang orang secara tulus. Sebab ucapan tersebut membuat orang lain berbinar, senang, dan bangga karenanya, sedangkan membuat orang lain senang, tidak dilarang agama. Pujian atau sanjungan itu, tidak boleh membuat orang yang dipuji menjadi sombong dan lupa diri. Di sisi lain, pujian dapat membuat orang lain semangat, dan tumbuh keinginan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuannya
Bila kita mendapatkan Pujian dan sanjungan, sebaiknya kita kembalikan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, sebab Dialah yang berhak dipuji dan disyukuri anugrah-Nya. Mengucapkan terima kasih kepada orang yang memuji kita, tidaklah terlarang, karena itu menyenangkan orang lain juga. Bersikap wajar dan tetap bersemangat karena telah dihargai dengan bentuk pujian akan mendatangkan manfaat pada diri dan orang lain.
Bersikap rendah hati dan lapang dada, karena pujian, senantiasa akan meningkatkan rasa syukur dan terbiasa membalas kebaikan orang lain. Bahkan akan mendorong diri kita mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan kita tidak malu mengakui masih ada kekurangan dan siap berbenah diri. Keyakinan yang mendarah dalam diri bahwa apa saja yang kita miliki berasal dari-Nya, menyadarkan diri kita sebagai hamba-Nya. Semoga kita selalu memohon petunjuk kepada-Nya.
Ada baiknya kita membaca do’a berikut ini bila kita mendapat pujian dari orang lain :
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi )
Leave a Reply